Aktivitas BPOM / Integrasi Rantai Suplai Bahan Baku dari Hulu ke Hilir untuk Obat Bahan Alam yang Berdaya Saing

Integrasi Rantai Suplai Bahan Baku dari Hulu ke Hilir untuk Obat Bahan Alam yang Berdaya Saing

SIARAN PERS

Integrasi Rantai Suplai Bahan Baku dari Hulu ke Hilir

untuk Obat Bahan Alam yang Berdaya Saing


Jakarta – Industri obat bahan alam masih terus menjadi fokus pengembangan di Indonesia, dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk obat bahan alam yang semakin modern. Sekalipun didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku yang melimpah, pengembangan obat bahan alam masih terkendala dengan kondisi bahan baku yang sangat bervariasi dan masih belum konsisten dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas ketersediaan, serta keterbatasan teknologi pengolahannya. 

Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, BPOM menggelar kegiatan bertajuk “Membangun Kemandirian Nasional Obat Bahan Alam melalui Dukungan Pasokan Bahan Baku yang Aman dan Bermutu” pada Kamis (27/07/2023). Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan mutu produk jadi obat tradisional yang dihasilkan oleh industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Penggunaan ekstrak yang berkualitas dan memenuhi syarat, juga mendorong produk obat tradisional Indonesia lebih berdaya saing.

Kegiatan pada hari ini merupakan lanjutan dari kegiatan “Konvensi Nasional Penyediaan Bahan Baku Obat Bahan Alam Sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Daya Saing Produk Obat Tradisional” yang dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2022, di Solo, Jawa Tengah. Bahan baku dalam bentuk ekstrak saat ini lebih diminati oleh pelaku usaha obat bahan alam. Tingginya animo ini karena mutu bahan baku ekstrak dapat distandardisasi, masa simpan yang lebih lama, dan dengan kemasan yang lebih praktis/tidak voluminus.  

Menurut Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito, saat ini terdapat 18 Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) yang telah tersertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), namun kapasitasnya belum diberdayakan secara maksimal. Sementara itu, ekstrak tidak hanya digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan suplemen kesehatan, namun juga industri kosmetik dan pangan olahan.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas industri, khususnya UMKM terhadap perolehan bahan baku obat bahan alam berupa ekstrak, serta sebagai bentuk komitmen untuk optimalisasi pemberdayaan industri bahan baku nasional, BPOM mendorong Asosiasi Industri Ekstrak Bahan Alam dan Rempah Indonesia (AIRINDO) untuk menciptakan sentra distribusi ekstrak berbasis digital. Hadir dalam bentuk website, Sentra distribusi digital ini merupakan jembatan antara IEBA yang telah tersertifikasi CPOTB dengan pelaku usaha obat bahan alam, kosmetik, dan pangan dalam penyediaan ekstrak bahan alam.

”Hal ini juga menjadi salah satu bentuk upaya BPOM dalam mencegah terjadinya pemalsuan dan penambahan bahan dilarang ke dalam bahan baku obat bahan alam. Platform usaha ini juga diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan pelaku usaha dalam memperoleh ekstrak yang berkualitas dengan kuantitas sesuai kebutuhan UMKM,” tutur Kepala BPOM.

Ditambahkan Kepala BPOM, peluncuran website tersebut sejalan dengan visi Indonesia Emas Tahun 2045, khususnya pada sektor industri dan ekonomi kreatif. Pada sektor ini diperlukan adanya modernisasi industri yang difokuskan pada industri pengolahan sumber daya alam (SDA) dengan integrasi rantai pasok dari hulu ke hilir berbasiskan kemitraan antara industri besar, sedang, dan kecil dengan dukungan pemerintah. “Industri yang bergerak di bidang obat bahan alam perlu ditingkatkan kapasitasnya dengan penerapan smart and sustainable manufacturing,” terangnya.

Bersamaan dengan kegiatan hari ini, BPOM memberikan apresiasi kepada 5 industri yang telah berinisiatif untuk melakukan penjaminan mutu dari sisi hulu produksi bahan baku dalam bentuk penelitian bibit tanaman yang unggul, pembinaan terhadap mitra supplier maupun petani. Apresiasi ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi IOT dan IEBA lainnya agar dapat memulai program penjaminan mutu obat tradisional dari hulu ke hilir. Sekaligus mendorong bertambahnya jumlah petani binaan oleh IOT dan IEBA lain dalam rangka penjaminan mutu bahan baku ekstrak bahan alam.

Selain itu, BPOM juga menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Bahan Baku Bermutu, Obat Bahan Alam Berdaya Saing”. Pembahasan dalam FGD ini mencakup topik terkait Kesiapan Teknologi Tepat Guna dalam Memproduksi Simplisia serta Hilirisasi dan Standardisasi Bahan Baku yang melibatkan lintas sektor kementerian/lembaga, pelaku usaha, dan institusi peneliti/akademisi. Keterlibatan lintas sekto di sini menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan kemandirian nasional bahan baku obat bahan alam yang komprehensif karena melibatkan pihak-pihak yang terkait.

BPOM berkomitmen terus mengawal tindak lanjut kegiatan ini, sehingga ke depannya dapat menyelesaikan permasalahan pasokan dan kualitas bahan baku obat bahan alam di dalam negeri. “Kami mengharapkan dukungan dan kontribusi seluruh pihak dalam membangun kemandirian bahan baku obat bahan alam di Indonesia yang memberikan manfaat nyata bagi kesehatan masyarakat serta pemulihan ekonomi nasional,” tutup Kepala BPOM.

______________________________________________________________________________________

Apabila masyarakat memerlukan informasi lebih lanjut atau menyampaikan pengaduan obat dan makanan, dapat menghubungi lapor.go.id, Contact Center HALOBPOM 1-500-533 (pulsa lokal), SMS 0812-1-9999-533, WhatsApp 0811-9181-533, e-mail halobpom@pom.go.id, Instagram @BPOM_RI, Facebook Fanpage @bpom.official, Twitter @BPOM_RI, atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai/Loka POM di seluruh Indonesia.



Jam Layanan

  • Senin - Jum'at
    08.00 - 16.00 WIB
  • Senin - Jum'at
    08.00 - 16.00 WIB

Info Kontak

Statistik Pengunjung

  • Hari Ini: 34

  • Kemarin: 141

  • Minggu Ini: 449

  • Bulan Ini: 986

  • Total: 268558

  • Sedang Online: 0

Social Media

Penilaian Anda

2022 BPOM All rights reserved.

Mohon isi form di bawah ini!

Layanan Referensi Perpustakan BPOM